Islam di Negeri Ginseng | Abu Bakar Ibn Ghazali Al-Kailandari

Islam Di Negeri Gingseng
Image : Ayana Moon Ji Hye

Oleh: Abu Bakar Ibn Ghazali Al-Kailandari

BUMN - Kids millennial zaman now pastinya sudah familiar dengan sosok muallaf Korea seperti mantan idol Korea Ayana Jihye Moon, Hwang Woo Jung alias ujung oppa, atau Youtuber Korea Daud Kim yang aktif berdakwah ala milenial di YouTube. Namun sebelum Daud Kim menjadi Youtuber muslim di negeri para oppa, nun jauh di abad ketiga belas seorang muslim korea bernama Ramadhan Ibn Alauddin dari kerajaan Goryeo menjadi gubernur Yuan ( Yuan Darugachi ) di Guangxi.

Bangsa Arab dan Persia telah menjalin kontak langsung dengan kerajaan korea kuno lewat perdagangan jalur sutra maupun rute-rute pelayaran. Seperti yang disebutkan dalam Samguk Sagi, banyak barang dari timur tengah yang dikirim ke Korea lalu ditukar dengan emas. Keterangan tersebut terbukti dengan ditemukannya porselen atau perhiasan dan patung bergaya timur tengah oleh para Arkeolog di Korea dewasa ini, bahkan sebuah Wiracarita Persia berjudul Kushnameh menceritakan pernikahan seorang pangeran Persia dengan putri dari kerajaan Silla. Bagi penggemar Drakor Hwarang, The Great Queen Seondeok, atau Dae Jo Young pasti tidak asing dengan nama kerajaan ini.

Para pedagang Persia dan Arab ini bisa dibilang yang pertama kali mengenalkan Islam di Semenanjung Korea. Catatan sejarawan dan kartografer muslim telah menyebutkan keterangan mengenai Korea yang saat itu diperintah Kerajaan Silla. Kitab Al-Masâlik Wa Al-Mamâlik karya kartografer Persia, Ibnu Khurdadzbih dari Kekhalifahan Abbasiyah merupakan catatan muslim tertua yang memuat nama kerajaan Silla di dalamnya. Ibn Khurdadzbih mengatakan bahwa umat Islam merasa nyaman di kerajaan Silla sehingga mereka tidak ingin meninggalkan negara tersebut.

إن من دخل من المسلمين بلاداً في آخر الصين تدعى الشيلا، بها الذهب الكثير، استوطنها لطيبها ولم يخرج عنها البتة
“ Siapapun di antara kaum Muslimin memasuki suatu negara di ujung Cina yang disebut Silla, yang memiliki banyak emas, menetap untuk kebaikannya dan tidak pernah meninggalkannya. ”
Informasi mengejutkan datang dari An-Nuwairi, yang dikuatkan juga oleh keterangan Al-Maqrizi, Al-Mas'udi, Sulaiman At-Tajir, dan Ad-dimasqi tentang adanya keturunan Alawiyyin di kerajaan Silla. An-Nuwairi menyampaikan dalam kitabnya An-Nihayat Al-Arab:
ويقال إن في جهة المشرق مما يلي بلاد الصين ستة جزائر أخرى، تسمى جزائر السيلي. يقال إن ساكنيها قوم من العلويين، وقعوا إليها لما هربوا من بني أمية
“ Dan dikatakan bahwa di arah timur dari negeri Cina ada enam kepulauan lain bernama kepulauan Silla. Kabarnya sebagian penduduknya adalah kaum Alawiyyin, mereka tinggal di sana saat melarikan diri dari Bani Umayyah ”.

Berdasarkan catatan sejarah Goryeo, Hasan Reza beserta 100 pedagang muslim Arab mempersembahkan produk-produk mereka kepada Raja Hyeonjong, lalu mereka diizinkan membuka sebuah pasar dan tempat tinggal mereka di kerajaan Goryeo pada tahun 1024 M.

Ketika bangsa Mongol menaklukkan Korea pada tahun 1270, kerajaan Goryeo menjadi vasal Dinasti Yuan. Pemeluk agama Islam turut berkembang di sana seperti daerah lain di wilayah Dinasti Yuan, dan mereka pun disebut Huihui. Sebuah masjid yang disebut Yegung ( aula upacara ) didirikan di Kaesong, ibukota kerajaan Goryeo. Perkawinan antara orang Semu atau Huihui dan penduduk asli Korea juga terjadi pada masa intervensi Yuan, konon Klan Deoksu Jang ( 덕수 장씨 ) berasal dari keturunan Jang Sun Ryong, pejabat Yuan muslim yang bertugas mendampingi putri Jeguk. Jumlah klan ini mencapai 24.185 jiwa, dan figur terkenal marga tersebut adalah Ratu Inseon permaisuri raja Hyojong.

Ilmu pengetahuan beserta kebudayaan Islam mulai diperkenalkan. Misalnya metode perhitungan kalender Lunar Islam-Tionghoa ( Huihui Lifa; 回回历法 ) yang dikembangkan selama pemerintahan Mongol masih digunakan meski dinasti Yuan telah runtuh. Karena keakuratan dan lebih mutakhir, perhitungan kalender Huihui Lifa lebih dipilih daripada kalender Tiongkok lama untuk merumuskan kalender Korea pada periode Dinasti Joseon ketika Raja Sejong yang agung berkuasa. Hasil penelitian kalender tersebut dibukukan dalam Chiljeongsan. Dari perhitungan kalender itu, insinyur Jang Yeong Sil merancang Armillary Sphere yang disebut Honcheonui ( 혼천의 ).

Seiring memudarnya dinasti Yuan karena kekacauan dalam negeri, raja Gongmin mendorong keluar garnisun Mongol di Goryeo dan mempertahankan semenanjung Korea dari bangsa lain. Di tahun 1392 M, Yi Seong Gye mendirikan dinasti Joseon setelah menggulingkan Dinasti Goryeo. Saat awal Dinasti Joseon berdiri, komunitas muslim masih ada di Korea sebagai kelompok yang tak bisa diabaikan. Disebutkan dalam Joseon Wangju Sillok, Ketika penobatan Raja Sejong yang agung, para imam Muslim diundang untuk mendoakan kesejahteraan bagi raja dan membacakan Al-Qur'an di depan raja. Serta setiap tahunnya, komunitas muslim mengirim ucapan selamat tahun baru kepadanya. Namun pada 4 April 1427 M, Raja Sejong yang agung mengeluarkan dekrit dalam rangka memajukan kongfusianisme dan budaya Korea yang mencabut tunjangan bagi orang Huihui, melarang muslimah memakai hijab, menutup masjid di Kaesong, dan menyuruh orang Huihui memeluk kongfusianisme. Sejak saat itu kabar Islam di Korea tidak terdengar lagi.

Hingga pada tahun 1950, pecahlah perang Korea. Badan keamanan PBB mengirimkan pasukan perdamaian yang sebagian besar berasal dari Republik Turki. Tentara Turki yang bertugas di Korea mengikut sertakan seorang imam untuk melayani kegiatan rohani mereka, beliau adalah Abdul Gafur Karaismailoglu. Imam Abdul Gafur Karaismailoglu turut mengenalkan Islam kepada orang-orang Korea yang berkunjung ke kamp brigade Turki. Setelah mendapat perkembangan, sang imam membuka kuliah umum bagi masyarakat Korea tentang Islam.

Buah dakwahnya berhasil merangkul orang Korea ke dalam Islam, seperti Abdullah Kim Yu-do, Umar Kim Jin-kyu, Muhammad Yoon Doo-Young. Mereka adalah generasi muslim modern pertama di Korea. Waktu terus berjalan dan Islam perlahan berkembang di Korea, utamanya di Korea Selatan. Banyak masjid dan sekolah Islami didirikan oleh komunitas Muslim Korea dengan bantuan negara-negara Muslim. Sebuah pencapaian besar kaum muslimin Korea pada tahun 2002, Majma’ Malik Fahd percetakan Al-Qur'an di Madinan milik pemerintah Saudi Arabia berhasil menerbitkan Al-Qur'an dengan terjemah bahasa Korea karya Dr. Hamid Choi Young Kil, beliau juga menerjemahkan Sahih Bukhari ke dalam bahasa korea serta karya islami lainnya. Atas izin Allah ﷻ panji-panji dakwah Islam kini berkibar kembali di negeri Ginseng setelah berabad-abad terlelap dalam ingatan manusia.
Wallahu A'lam Bisshawab


Referensi:
An-Nuwairi, Syihabuddin Ahmad. 2005. An-Nihayat Al-Arab Fi Fanun Al-Adab vol. I. Beirut: Dar Al-Kitab Al-Ilmiyah.
Ibn Khardadzbih, Abu Qasim Ubaidillah. 2014. Al-Masalik wa Al-Mamalik. Beirut: Dar Al-Kitab Al-Ilmiyah.
Kil, Dr. Hamid Choi Young. 2002. Al-Qur'an ma’a tarjamah bilughati Al-kuriyyah. Madinah: Majma’ Malik Fahd Printing.
Lee, Hee Soo. 1997. The Advent of Islam in Korea: A Historical Account. Istanbul: Research Center For Islamic History, Art and Culture.
Rostine, dkk. 2019. Pengantar sejarah Korea. Bandung: UPI press.
Image : Ayana Moon Ji Hye

Post a Comment

Sebelum kamu pergi

Kalau kamu suka dengan artikel ini, gunakan tombol-tombol share untuk membagikan artikel ini ke teman-teman kamu, dan daftarkan email kamu untuk mendapatkan update jika ada artikel baru. Terima Kasih.!

أحدث أقدم