Daisugi : Teknik Kehutanan yang Sudah Dikembangkan Pada Abad 14 di Jepang

teknik daisugi jepang
Teknik Daisugi : Hutan Pohon Cedar/ Aras di Kitayama

Penulis : Desi Septiani |

Andarpedia - Sebagian besar dari kita telah mendengar tentang seni menanam "bonsai" Jepang, teknik yang memungkinkan orang untuk memelihara pohon dalam versi miniatur. Tapi ada satu lagi metode yang disebut "daisugi". 

Tidak seperti bonsai, daisugi (台スギ) memungkinkan orang Jepang untuk menanam pohon cedar/ aras yang lurus sempurna.

Teknik 台スギ/ Daisugi berasal dari Kitayama, Kyoto. Tujuan awalanya adalah untuk memaksimalkan produksi kayu yang bisa dihasilkan dari satu pohon, mempercepat siklus panen dan untuk menghemat lahan. Dan pohon yang dijadikan objek teknik ini adalah pohon cedar/ aras.

Sejarah Pengelolaan Hutan Pohon Aras - Kitayama

Daisugi adalah teknik bonsai yang biasanya dipraktikkan di Kitayama, Pegunungan Utara Kyoto. Teknik ini sangat istimewa bukan hanya karena merupakan teknik kuno, tetapi juga karena sangat langka. Daisugi menghasilkan kayu lurus khusus yang tidak dapat diberikan oleh teknik lain. Teknik ini berasal dari abad ke-14 ketika samurai masih ada.

Kawasan hutan Kitayama, yang berpusat di Nakagawa di Kita-ku, Kyoto, telah digunakan selama bertahun-tahun sebagai tempat perhutanan dan kuil. Di Kitayama, di mana terdapat pegunungan yang curam, hanya ada sedikit tanah datar, dan di desa-desa yang tersebar yang memanen sumber daya dari pengelolaan hutan daripada ladang sebagai mata pencaharian. Desa Kitayama, yang memiliki banyak air dan sejuk, sangat cocok untuk menanam pohon cedar. Namun, tidak seperti wilayah Yamakuni, di Kitayama tidak ada sungai yang lebar untuk mengangkut kayu, sehingga sulit untuk pendistribusian pohon besar. Di sisi lain, warga Kitayama berpikir bagaimana memberi nilai tambah pada pohon kecil yang bisa dibawa oleh tenaga manusia. Penanaman pohon dan penghijauan di lereng curam Kitayama sangat sulit, dan bibit pohon dianggap sebagai barang yang sangat berharga. Mereka berpikir dan banyak melakukan percobaan bagaimana cara menghasilkan kayu dari pohon cedar yang ringan dan kuat dengan waktu siklus panen yang singkat.

Praktik kehutanan di Kitayama secara unik dikembangkan sedemikian rupa, karena pohon cedar harus dipanen dengan cara menebang pohon seluruhnya, oleh karena itu para rimbawan telah mempersiapkan pengganti untuk pohon yang ditebang jauh sebelum mereka memanen pohon tua.

  1. (Rimbawan merupakan seseorang yang mempunyai profesi pengelolaan hutan atau orang yang selalu memainkan peran dalam kegiatan pengelolaan hutan kearah kelestarian. Rimbawan juga dapat dikatakan sebagai pengawal atau pengawas kekayaan negara berupa sumber kekayaan hutan.) 


Secara tradisional, para rimbawan harus menunggu selama dua generasi sebelum bisa menikmati pohon yang mereka tanam. Seringkali, ini adalah tanaman multigenerasi yang dipanen oleh rimbawan dari apa yang ditanam kakeknya, dan ditanam untuk cucu mereka.

Sederhananya, berikut penjelasannya: kakek dari rimbawan A menanam pohon aras untuk dipanen oleh rimbawan generasi A. Bapak rimbawan A ini tidak melakukan apa-apa terhadap pohon tersebut karena ia memiliki satu celah lagi yang ditanam oleh kakeknya sendiri. Nantinya, ketika hendak memanen pohonnya, keduanya menanam bibit baru untuk generasi cucu mereka. Bapak menanam untuk anak-anak Rimbawan A, sedangkan Rimbawan A menanam untuk cucu-cucunya. Proses tersebut terus berlangsung sejak abad ke-14 di Kitayama.

Ini menunjukkan betapa maju kehutanan masyarakat Kitayama. Mereka telah menyiapkan bagian pohon cucu mereka bahkan sebelum menebang bagian mereka sendiri. Praktik seperti itu mencegah deforestasi di Kitayama, dan menjaga kesehatan alam.

Teknik Daisugi Pohon Ares

Sekarang kita mulai berbicara ke teknik Daisugi ini yang ditemukan oleh rimbawan Kitayama untuk menjaga hutan mereka tetap subur dan tenang. Teknik ini disebut daisugi, berasal dari kata 'dai' yang artinya 'meja'.

Secara harfiah, daisugi berarti 'pohon cedar', karena teknik bonsai kuno ini membuat pohon seperti kita meletakkan sesuatu di atas meja yang terbuat dari pohon cedar. Memang, 'meja' itu adalah pohon cedar, tapi yang diletakkan di atasnya juga pohon cedar. Bagaimana bisa?

ada teknik Daisugi, pohon cedar dipangkas secara besar-besaran dengan cara yang khusus sehingga membentuk bonsai raksasa yang menghasilkan tunas cabang cedar lurus yang tumbuh ke atas. Bagi orang awam, hasilnya akan tampak seperti kita menanam pohon cedar di pohon cedar yang lebih kecil. (Subjek teknik menanam pohon bukan bidang yang saya pahami, jadi saya tidak jelaskan dengan begitu rinci).

台杉がある庭 | 植栽・剪定 | 山崎造園(兵庫県宍粟市山崎町高所583-1)

Bentuk pohon Daisugi awalnya terdiri pohon Ares normal yang terdiri dari 3 sampai 5 batang pohon lurus (Torigi) dalam satu cabang pohon Ares di bawahnya. Pada batang Torigi, cabang yang berlebih akan dibuang sampai tidak ada cabang di tengah. Variasi pohon Aras putih digunakan untuk pohon yang menjadi stand/ penopang. Karena ia memiliki sifat yang tidak berbuah. Pemangkasan Daisugi dipotong dengan pisau sabit dan hanya menyisakan ranting di ujungnya.Aras rentan terhadap dingin dan melemah jika dipotong/ dipangkas di musim dingin, sehingga waktu paling cocok untuk pemangkasan adalah pada akhir Oktober. Dari Januari hingga Februari, diberikan pupuk sekali atau dua kali dalam setahun, dan pestisida disemprotkan untuk melindunginya dari kerusakan serangga yang berbahaya.

Teknik ini akan memungkinkan cabang dipanen selama 20 tahun, lebih pendek dari tanaman cedar/ aras biasa. Yang membuatnya luar biasa, satu dasar daisugi dapat tumbuh hingga seratus tunas sekaligus, yang berarti kita bisa mendapatkan lebih banyak Kitayama Maruta (nama jenis kayu gelondongan hasil panen dari pohon cedar/ aras) hanya dari satu daisugi.

Meskipun Kitayama Maruta yang dihasilkan oleh daisugi biasanya berukuran lebih kecil, namun memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan pohon cedar/ aras pada umumnya. Kayunya 140% lebih fleksibel dari Kitayama Maruta normal, sementara itu dua kali lebih kuat dan padat. Perbedaanya bisa dilihat di gambar di bawah:

Daisugi, The Ancient Bonsai Technique That Can Prevent Deforestation


Seperti disebutkan di atas, teknik ini berasal dari abad ke-14 dimana samurai bangsawan masih ada. Pada saat itu, permintaan Kitayama Maruta untuk rumah samurai sangat tinggi. Namun, jumlah pohon cedar terbatas, sehingga para rimbawan mencari cara untuk mendapatkan lebih banyak kayu tanpa menebang banyak pohon. Jawabannya adalah mendapatkan kayu dari metode daisugi. Dengan kayu yang lebih kuat dan lebih padat, namun lebih fleksibel untuk dibentuk, kayu daisugi benar-benar pilihan yang sempurna untuk membangun rumah para samurai bangsawan.

Dengan daisugi, kita bisa mendapatkan kayu yang cukup tanpa perlu menebang pohon. Kita bisa terus menerus mendapatkan kayu dari cabang bonsai raksasa itu. Metode kuno ini telah membuktikan bahwa ia dapat menyediakan kayu yang cukup untuk membangun rumah para samurai bangsawan saat itu. Teknik ini juga disebut bisa mengatasi masalah penebangan hutan dan menjadi alternatif untuk pelestarian alam. Tapi saya belum menemukan jurnal pohon apa saja selain pohon cedar yang teknik ini bisa diterapkan.

Lebih jelasnya bisa menonton video di bawah:

Ancient Japanese lumber production method without cutting down trees called "Daisugi"

Sekali lagi karena subjek/ topik soal hutan/ pohon bukan bidang yang saya pelajari, mohon dikoreksi apabila ada kesalahan dan ditambahkan jika ada kekurangan.

Post a Comment

Sebelum kamu pergi

Kalau kamu suka dengan artikel ini, gunakan tombol-tombol share untuk membagikan artikel ini ke teman-teman kamu, dan daftarkan email kamu untuk mendapatkan update jika ada artikel baru. Terima Kasih.!

أحدث أقدم